Furniscape Pavilion Workshop for
Jakarta Architecture Triennale 2012 at Kampoong Cikini, center of Jakarta by
Budi Pradono Architect on October 2012
The workshop
was conducted by Budi Pradono architect studio and collaborate with students in
the department of architecture of UNTAR (Tarumanagara University).
They have
tried to explore the possibilities of the space and its relationship with the
street furniture.
They build “excitement intervention” and tested the the role
of implemented design in the area of
kampoong Cikini, flower market, Central Jakarta.
It was needed a research which has spent more
than two weeks followed by initial development concept in studio before
eventually implemented on site.
The place
was in the border between two kampooongs, at a bridge over the river bank for public access in their everyday
activities. Other places was also taken as a workshop as public space,
including public toilets.
On this
occasion, the research team of jakarta art movement (Jam) with practitioners from Singapore and urbanist
from Japan were invited to be involve from the beginning of research that to
understand how the way the workings of designers and architects via furniscape
pavilion concept.
The workshop
was showing about the function of art and design in responding local materials, durability, composition and
its artistic space. And the main priorities is how art and design could
responding kampoongs community.
Workshop ini
dilakukan oleh studio arsitek Budi Pradono sebagai mentor utama dan berkolaborasi
dengan mahasiswa di departemen arsitektur UNTAR Jakarta (Universitas
Tarumanagara).
Mereka mencoba
mengeksplorasi kemungkinan ruang dan hubungannya dengan apa yang disebut
sebagai “ desain furnitur jalanan”. Mereka membuat "intervensi kesenangan
dan kemeriahan " ruang artistik dengan menguji peran dari desain yang diimplementasikan
di kampoong Cikini, Pasar Bunga, Jakarta Pusat.
Ini membutuhkan
penelitian selama lebih dari dua minggu diikuti dengan konsep pembangunan awal
di studio, sebelum akhirnya dikerjakan di lapangan.
Tempat tersebut
adalah sebuah perbatasan antara dua kampooong, di atas sebuah jembatan di atas
sungai yang biasanya untuk akses publik dalam kegiatan sehari-hari mereka.
Tempat-tempat lain juga diambil sebagai workshop sebagai ruang publik, termasuk
toilet umum.
Pada
kesempatan ini, tim peneliti dari jakarta art movement ( jam) dengan praktisi desain
dan arsitektur dari Singapura dan Urbanis dari Jepang diundang untuk terlibat
dari awal bahwa penelitian diperlukan untuk memahami bagaimana cara kerja
desainer dan arsitek dengan konsep paviliun furniscape mereka.
Workshop menunjukkan
tentang fungsi seni dan desain dalam merespon bahan lokal, daya tahan,
komposisi dan ruang artistik. Dan prioritas utama tentunya adalah bagaimana karya-karya
itu bisa merespon ruang-ruang terbuka di masyarakat kampoongs.
No comments:
Post a Comment