Tuesday 25 December 2012

Floating city and flooding in Jakarta







Sebagian warga kota Jakarta bisa dipastikan pada tiap bulan Desember sampai Februari selalu mendapat “kutukan tiap tahun”. Apalagi jika bukan banjir!

Wilayah di 78 titik rawan banjir dan masyarakat kampung di Jakartalah yang terkena dampak paling parah. Masyarakat yang lemah secara ekonomi dan akses politik. Sepertinya mereka menghadapi evil circle. Rantai yang sulit diputus dan buntunya jalan keluar.

Berbagai alasan dituding sebagai biang kerok terjadinya banjir. Mulai dari curah hujan yang tinggi, kurangnya daerah resapan air, pembangunan yang sewenang-wenang di hulu sungai, kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah disungai, birokrasi pemerintah kota yang berbelit untuk segera bisa menyelesaikan perbaikan infrastruktur dengan membangun tanggul-tanggul sungai.

Masalah klasik yang berulang tiap tahun inilah yang menengok kita jauh ke negeri seberang sana, ke Belanda. Ke negara kampiun soal penanganan Banjir. Tentu saja selain kita tetap berharap pemerintah kota menyederhanakan birokrasi dalam pengelolaan sungai dan kampanye besar- besaran pada masyarakat untuk tidak “menyampah” di kali.

Baru-baru ini perusahaan desain Belanda bernama Waterstudio telah menciptakan serangkaian struktur terapung darurat yang bisa dibaringkan di sepanjang tepi "kampoong banjir" yang siap di uji coba di seluruh dunia. Mungkin saja termasuk Jakarta dalam daftar tunggu.

Rangkaian struktur tersebut bisa disebut sebagai "Kota terapung", yang akan mengambang dalam empat unit komposisi yang mampu menyediakan makanan, air, tempat tinggal, dan bahkan energi dalam keadaan darurat banjir.

Inovasi yang luar biasa ini diganjar penghargaan "Architecture & Sea Level Rise" dari Yayasan Jacques Rougerie. Desainernya menerima uang € 10.000. Cukup untuk membangun prototipe kota mengambang pertama di Bangladesh.

"Kampoong banjir" atau daerah yang berlangganan banjir, biasanya adalah lingkungan miskin, sering dibangun dengan berbagai bahan yang ditemukan di sekitar lokasi dan seadanya. 

Struktur ini bisa dengan mudah digeser, sepanjang wilayah yang terendam air. Selama curah hujan yang tinggi masyarakat kampoong memang seringkali dilumatkan oleh banjir, meninggalkan keluarga mereka yang menjadi jauh lebih menderita.

Aplikasi anyar dari desainer di  Waterstudio akan mengapungkan orang-orang di atas air dan menawarkan berbagai bentuk bantuan. Termasuk unit taman, sebuah pengolahan limbah tanaman yang dapat menyediakan air minum yang bersih dan limbah proses, unit perumahan yang juga dapat digunakan sebagai pusat masyarakat kampoong, sekolah, atau klinik, dan tempat panel energi surya untuk sementara.












                                 









Some residents in the city of Jakarta in December to February have always got "the curse of new year." It was flood that comes every year. There are 78 critical points of floods in Jakarta and kampoong communities most severely affected by floods.


People who are economically weak and do not have access to high-level political decision-makers facing an evil circle. A chain of interconnected that it is difficult to cut to find a way out.

Various reasons blamed as the root problem causing flooding. Starting from the high rainfall, lack of water catchment areas, urban development is not well planned in upper river areas also the bad habits of the people in Jakarta who throw garbage in the river.

The city government contributed to the error by running “a complicated bureaucracy” that has not been able to complete infrastructure improvements by building river embankments and better drainage system.

Those classic problems that happens every year was eventually turned our head to the Netherlands. The country that provides an expertise in dealing with flooding.

Of course, besides we still expect the city government to create a simple bureaucracy in dealing with issues of river management in Jakarta and starting a massive campaign on the people not to throw garbage in the river.

The Dutch design firm Waterstudio has created a series of floating emergency structures to lie along the edge of “wet slum kampoongs” all over the world. These floating “City Apps” come in four units that can provide food, water, shelter, and even energy in the event of a flooding emergency. 

This incredible innovation was recently awarded the “Architecture & Sea Level Rise” award from the Jacques Rougerie Foundation, earning the designers 10,000 euros—enough money to build the first prototype in Bangladesh

“Wet slum kampoongs” are impoverished neighborhoods, often built with make-shift materials, along a body of water. During periods of heavy rain, these communities are frequently destroyed by flooding, leaving families even more destitute. 

Waterstudio‘s new City Apps would float on top of the water and offer various forms of assistance. The units include a garden; a sewage treatment plant that can provide clean drinking water and process waste; a housing unit that can also be used as a community center, school, or clinic; and a solar panel array to temporarily power the area.







source: news.bbc.uk
           smh.au
           TEDxWarwick - Koen Olthuis - Floating City Apps.flv
           www.architizer.com
              kompas.com
              Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
              http://waterstudio.nl


 
    

4 comments: